Tube Shunt Atasi Glaukoma

Harapan Edo Sebastian terlepas dari gangguan glaukoma terbuka lebar. Kemarin (22/9) pria 32 tahun tersebut menjalani operasi tube shunt untuk glaukoma. Itu adalah operasi kedua yang harus dilalui Edo.

Operasi tube shunt merupakan pilihan yang harus dijalani pasien saat ada komplikasi pascaoperasi konvensional yang disebut trabeculec

tomy atau tanpa tube shunt. Komplikasi yang dimaksud, antara lain, tekanan bola mata masih tinggi. Normalnya, tekanan bola mata maksimal 20 mmHg. Kalau lebih dari itu, termasuk glaukoma. ”Seperti yang dialami oleh pasien Edo ini. Tekanannya sampai 43 mmHg,” ungkap dr Lydia Nuradianti SpM.

Kasus tersebut sebenarnya jarang terjadi. Pasien berpeluang 1: 100 untuk mengalami komplikasi pascabedah konvensional. ”Munculnya komplikasi itu bukan operasinya yang gagal. Tapi, muncul dari tubuh pasien,” ungkap Ketua Divisi Glaukoma Rumah Sakit Mata Undaan tersebut. Jadi, tidak semua pasien mengalaminya. Edo, lanjut Lydia, pernah menjalani

trabeculectomy tahun lalu. Glaukoma menyerang dua matanya. Pria asal Surabaya itu awalnya merasa penglihatannya baik-baik saja. Dia pun beraktivitas normal seperti biasanya pascaoperasi.

Komplikasi diketahui pasien saat kontrol ke rumah sakit beberapa waktu lalu. Ternyata, saat itu, tekanan bola matanya masih tinggi. Itu hanya terjadi pada mata kanan. ”Mata kirinya baik-baik saja,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Unair tersebut.

Penanganan pertama dilakukan dengan cara needling mata kanan. Namun, tekanan bola matanya tak kunjung turun. Karena itulah, Edo membutuhkan operasi pemasangan tube shunt. Tindakan tersebut, menurut dia, terbilang sangat jarang dilakukan. Kalaupun butuh tindakan tersebut, pasien sering menjalaninya di luar negeri. Singapura misalnya. ” Tapi, sekarang sudah bisa di sini,” tegas Lydia.

Operasi kemarin berjalan singkat, sekitar 1,5 jam. Pasien masuk ruang operasi pukul 11.30 dengan pembiusan total. Lydia bersama tim berhasil menuntaskan operasi sekitar pukul 13.00.

Tube berukuran 9 mm itu dimasukkan ke mata Edo. Ukuran tersebut disesuaikan dengan kebutuhan mata pasien. Tube terbuat dari silikon atau polypropylene yang aman untuk tubuh. Pemasangan tube bertujuan untuk mengembalikan tekanan bola mata ke angka normal. ”Dilakukan pada jaringan yang berbeda dengan operasi sebelumnya,” jelasnya.

Sementara itu, dr Soemartono Samadikoen SpM(K) menambahkan, glaukoma menjadi salah satu gangguan mata yang sering memicu kebutaan. Gejalanya tidak disadari. Pasien pun sering mengabaikan. Pasien baru merasa ada kelainan ketika glaukoma sudah parah. Penglihatan jadi seperti teropong.

Glaukoma merupakan gangguan penglihatan akibat tekanan berlebihan pada mata. Kondisi itu dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan saraf mata hingga menimbulkan kebutaan. ”Jadi, sangat penting pencegahan agar tidak sampai parah,” ujar Soemartono.

Sebenarnya, glaukoma dapat disembuhkan dengan minum obat-obatan. Operasi dilakukan apabila langkah sebelumnya tidak memberikan hasil memuaskan.

Sumber: JawaPos Sabtu 23 September 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *